Kebutuhan
dan pencarian informasi merupakan suatu konsep yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari manusia, karena kebutuhan informasi selalu ada dalam diri
individu yang kemudian timbul situasi problematik tersebut, situasi dimana
seseorang merasakan kekurangan informasi sedangkan pengetahuan yang dimilikinya
terbatas. Peristiwa tersebut menunjukkan suatu kondisi kesenjangan antara
pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan informasi yang dibutuhkan tidak
memadai saat itu. Untuk mengatasi kondisi kesenjangan tersebut, seseorang akan
berusaha mencari informasi, agar pengetahuan yang dibutuhkan segera terpenuhi
untuk membuat suatu keputusan. Perilaku pencarian informasi sangat berkaitan
dengan pengguna, bagaimana pengguna membutuhkan informasi, sumber apa yang
digunakan, serta bagaimana pengguna menggunakan sumber informasi yang dipilih.
Darmono mengemukakan kebutuhan informasi disebabkan oleh desakan dari
luar seperti tugas-tugas yang harus diselesaikan, ataupun karena faktor dari
dalam yakni mewujudkan dirinya.
Kebutuhan informasi dapat dipengaruhi
oleh aktivitas suatu pekerjaan, bidang yang digeluti, adanya fasilitas,
kedudukan sosial, jangkauan sumber informasi. Ketika mahasiswa memulai belajar
di perguruan tinggi, kemudian mendapatkan tugas dari dosen untuk memecahkan
suatu masalah yang sesuai dengan materi yang diberikan, melalui pemecahan
masalah dapat diketahui mahasiswa mulai memenuhi kebutuhan informasi yang
diinginkan karena tuntutan penyelesaian tugas mata kuliah yang diberikan dosen,
dan saat-saat seperti ini mahasiswa akan mengalami situasi problematik yang
akan mengalami kesenjangan dimana mahasiswa merasakan kurangnya informasi dan
pengetahuan yang dimilikinya, karena proses belajar yang mereka lakukan di
perguruan tinggi, menuntut mereka untuk aktif dalam menjalankan tugas
perkuliahan serta menjadikan mandiri.
Wilson menyajikan
beberapa definisi tentang perilaku informasi, yaitu :
a) Information behavior (perilaku
manusia), yakni keseluruhan perilaku manusi berkaitan dengan sumber dan saluran
informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi, baik secara
aktif maupun secara pasif. Misalnya, menonton televisi dapat dianggap sebagai
perilaku informasi, demikian pula dengan komunikasi face to face.
b) Information seeking behavior, proses pencarian
informasi, dimana pencari informasi tersebut belum mengetahui proses dalam
pencarian, misalnya : mencari topik apa yang akan dibahas dalam suatu artikel,
pencari hanya akan mencoba-coba untuk membuka situs-situs tertentu yang
akhirnya ia dapat menemukan ide topik dari artikel yang akan ia tulis.
c) Information searching behavior (perilaku
pencarian informasi), pencari informasi sudah mengetahui apa yang dicari, yakni
pencari informasi langsung dapat mencari topik apa yang memang ia butuhkan
untuk menulis artikl tersebut.
d) Information user behaviour (perilaku
penggunaan informasi), terdiri dari tindakan-tindakan fisik maupun mental yang
dilakukan seseorang ketika orang tersebut menggabungkan informasi yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang sudah ia miliki sebelumnya.
Menurut
Wilson, terdapat beberapa hambatan dalam penemuan informasi, yakni :
a)
Hambatan internal
1. Hambatan kognitif dan psikologis :
Ø
Disonansi kognitif, gangguan yang terkait motivasi individu dalam berperilaku. Konsep
ini mengemukakan bahwa adanya kognisi yang sedang berkonflik
membuat individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka
akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan
penyelesaian.
Ø
Tekanan selektif,
Individu cenderung terbuka dengan gagasan
yang sejalan dengan minat, kebutuhan, dan
sikap mereka. Secara sadar atau tidak sadar
manusia sering menghindari pesan yang
berlawanan dengan pandangan dan prinsip mereka.
Ø
Karakteristik
emosional, Hambatan ini berkaitan dengan
kondisi emosional dan mental seseorang ketika menemukan
informasi.
2. Hambatan demografis :
Ø
Tingkat
pendidikan dan basis pengetahuan, Hambatan dalam hal
bahasa ditemui dalam beberapa penelitian perilaku
penemuan informasi. Semakin rendahnya pendidikan
maka semakin rendah juga tingkat penguasaan pencarian informasi mereka.
Ø
Variabel demografi,
Perilaku penemuan informasi dipengaruhi oleh
atribut sosial kelompok (karakteristik dan status
sosial ekonominya). Atribut ini berpengaruh pada
metode-metode yang diunakan dalam menemukan informasi.
Ø
Jenis kelamin,
biasanya mempengaruhi hambatan dalam perilaku
pencarian informasi. Antara lelaki dan
perempuan memiliki cara pencarian yang berbeda.
3.
Hambatan interpersonal, adanya kesenjangan pengetahuan antara
komunikan dan komunikator dapat menjadi salah
satu alasan terjadinya gangguan dalam komunikasi interpersonal.
4. Hambatan
fisiologis, hambatan ini dapat berupa
cacat fisik dan mental, baik karena bawaan lahir
atau karena faktor lain.
b)
Hambatan eksternal
1.
Keterbatasan waktu,
terbatasnya waktu dapat menjadi hambatan
dalam penemuan informasi, aktivitas yang padat
memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.
2.
Hambatan geografis,
jauhnya sumber informasi dari lokasi juga
menjadi penghambat dalam kegiatan pencarian informasi seseorang.
3.
Hambatan yang
berkaitan dengan karakteristik sumber informasi, Teknologi baru, seperti
internet, bagi sebagian orang juga dianggap masih menyimpan kekurangan,
antara lain: menyajikan informasi yang terlalu banyak, namun
dinilai kurang relevan. Tidak menutup kemungkinan mereka yang
sering menggunakan internet pun mengalami kendala
serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2000. Studi Tentang Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi, Mahasiswa
Skripsi di IKIP Malang. Tesis. Jakarta : Universitas Indonesia.
http://fanisyae.blogspot.co.id/2012/04/prilaku-informasi-information-behavior.html.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
http://shoima93.blogspot.co.id/2013/12/teori-penemuan-informasi-information.html.
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1184/1/90310-NUNUNG%20MASRURIYAH-FAH.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Oktober 2016.
Wilson, T. D. 1999. Models in
information behavior research. Journal
Documentation, vol. 55 no. 33. pp. 259-270.