Generasi millennial (Millennial Generation) menurut Yuswohady
adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980-n hingga tahun
2000. Generasi ini juga sering kali diistilahkan dengan net generation. Generasi millinneal ini memiliki perbedaan perilaku
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Karakteristik mereka ditandai dengan
perilaku sebagaimana berikut connected,
multitasker, tech-savvy, social, adventurer, transparent, work-life balance, dan
lain sebagainya.
Sumber : merdeka.com
Dalam kajian yang dilakukan oleh Inventurer dan Middle Class
Institute (MCI), ditemukan beberapa trend
mengenai nilai-nilai dan perilaku generasi millennial di Indonesia, yakni :
1. Millennial
Wanna Be
Millennial is not cohort. It is a
lifestyle. Generasi millennial bukan hanya dijadikan tanda
kapan kita lahir, namun sudah menjadi gaya hidup. Hal ini dikarenakan, saat ini
tak peduli, siapapun, entah itu generasi X misalnya merasa bangga kalau
memiliki gaya hidup layaknya generasi millennial. Millennial bukan persoalan
usia, bukan persoalan tua muda. Millennial adalah ekspresi dan identitas diri.
2. Two
Faces of Click Activism
Apabila
dilihat secara sekilas, generasi millennial di Indonesia ini memiliki tingkat
kepedulian begitu tinggi, dapat dilihat dengan munculnya banyak masalah penting
nasional yang mereka respon melalui situs seperti change.org. Misalnya ketika dulu heboh kasus “Papa minta saham”
atau pelarangan layanan gojek, para millennial activists merespon dengan cepat
dengan melakukan petisi online. Namun
apakah betul partisipasi, kepedulian sosial, dan nasionalisme mereka melambung
dengan adanya platform petisi seperti itu? Jawabannya belum tentu. Seperti
mnonton gelaran sepak bola di GBK, mereka hanya menjadi semacam pemandu sorak
yang ingin hanyut dalam euphoria dan kehebohan masalah tersebut.
3. Circular
economy
Generasi
millennial adalah trend-setter, dalam
gaya hidup, gadget, fashion mereka
selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan. Namun, mereka juga cepat bosan
dengan gaya hidup atau produk yang baru saja mereka gunakan. Misalnya, ketika
suatu gadget versi baru keluar, maka gadget lama ditinggalkan. Padahal baru
beberapa bulan sebelumnya, gadget lama
tersebut dibeli. Namun gadget lama
tersebut tidak ditinggalkan begitu saja, gadget
tersebut dijual di situs-situs seperti OLX, dan lain sebagainya. Inilah yang
memicu apa yng disebut dengan circular
economy.
4. Social Media Pressure
Media
sosial adalah media terbuka, dimana siapapun dapat berbicara baik maupun buruk,
pujian maupun cercaan terhadap yang lain. Dapat dilihat bully di media sosial menjadi wabah yang menjalar cepat. Generasi
millennial, generasi yang sangat peduli dan menganggap serius setiap perkataan
dan komentar dari friends, fans,dan followers (3F). Banyak ABG millennial yang
lebih mendengarkan 3F tersebut daripada orang tua atau keluarga mereka. Oleh
karena itu, komentar-komentar yang bersifat negatif, atau bully di medsos
merupakan sumber tekanan psikologis yang berat bagi generasi millennial.
5. Coment Seeker Generation
Generasi
millennial adalah attention-seeker.
Mereka merasa dirinya sebagai sosok bintang yang disorot kamera di jagat
medsos. Karena itu mereka “gila” di komentari. Apapun minta dikomentari.
Posting status di facebook minta
ikomentari, foto selfie di instagram minta dikomentari. Semakin
banyak “like” atau komentar yang
didapat, maka mereka akan merasa semakin eksis,
hits atau apalah-apalah. Komentar
yang positif membuat mereka berbunga-bunga, sebaliknya seperti yang dijelaskan
diatas, komentar negatif membuat mereka stress, frustasi, dll.
6. Instant Online Buying
Dulu
ketika membeli barang yang diinginkan di suatu online shop, kita harus menunggu beberapa hari barang tersebut
dikirim melalui jasa kurir. Namun hal itu kini mulai berubah, Generasi
millinneal di Indonesia mulai menikmati instant
online buying dimana beli di internet sekarang, kemudian beberapa menit
atau jam kemudian barang telah diterima. Hal tersebut dilakukan oleh gojek,
seperti layanan yang tersedia Go-Food,
Go-Mart, Go-Clean, Go-Glam, dll. Alfamart
merespon trend ini dengan cepat, dengan adanya layanan Alfaonline.
7. The Birth of Visual Generation (Gen
V)
Fenomena
lain yang sedang nge-hits di kalangan
generasi millennial adalah semakin canggihnya tools yang dipakai untuk selfie,
seperti penggunaan drone, lensa
kamera GoPro, dan lain sebagainya yang membuat hasil tampilan visual dari
foto-foto selfie semakin dramatis,
atau penggunaan aplikasi periscope atau
snapchat untuk video selfie.
Apabila dulu gaya anak muda yang selfie
hanya menampilkan foto muka saja, maka sekarang mereka mulai senang berfoto
dengan berlatar belakang obyek yang keren, atau agar lebih terkesan update dan live maka video selfie
pun mulai digemari. Setiap generasi millennial ingin menampilkan authentic self untuk meningkatkan personal branding-nya masing-masing.
8. Brand Story Matters
Generasi
millennial menyukai cerita yang mengemas sebuah produk atau layanan. Dan ktika
sebuah produk atau layanan memiliki cerita yang keren, maka kaum millennial
begitu passionate membincangkan dan
menyebarkannya ke friends, fans and
followers. Fenomena ini dapat dilihat pada bisnis kuliner. Sejak tahun
lalu, kedai kopi artisan menjadi booming
di berbagai kota di tanah air, seperti filosofi kopi, tanamera, ABCD, atau one fifteenth coffee. Konsep food truck seperti Amerigo atau konsep food street seperti OTW di kelapa gading
tahun lalu begitu happening. Bahkan
mall kini pun dikemas dengan brand story
yang kuat seperti Aeon di BSD yang berhasil mengusung tema Jepang dan memicu word of mouth luar biasa.
9. Multi-Tribes
Netizen
Komunitas
atau grup online yang dibentk di
medsos seperti grup WhatsApp, BBM,
Telegram,atau facebook kian sophisticated. Generasi
millennial dapat join dalam belasan
bahkan puluhan grup WA atau bbm sekaligus. Misal, grup alumni, grup rekan
kerja, grup rekan kuliah, grup pengajian, grup hobi kuliner, grup hobi traveling, dan lain-lain. Itulah mengapa
diistilahkan sebagai multi-tribes netizen,
netizen yang hidup di beragam suku,
yang ada pada grup-grup media sosial. Dengan banyaknya grup yang dimasuki, maka
mereka harus memiliki multi-split
personality, mereka harus dapat “bersandiwara”, memainkan peran dan
karakter yang berbeda-beda sesuai dengan tuntutan atau karakter personal yang
ada pada grup tersebut.
10. Holiday
Effect
Liburan
dan hiburan merupakan kebutuhan super penting bagi generasi millennial, bahkan
liburan itu tidak kenal dengan masa krisis. Dapat dilihat ketika bulan
Agustus-November 2015, Indonesia dihantui krisis ekonomi yang ditandai dengan
dollar yang melambung dan PHK dimana-mana. Namun kita dibuat kaget yakni ketika
akhir tahun jalur pantura macet total selama beberapa hari oleh masyarakat yang
liburan akhir tahun. Hingga Dirjen mngundurkan diri karena tak sanggup
memprediksi dan mengatasi kemacetan yang sangat parah.
11. The
Rise of Instagrampreneur
Kehadiran
media sosial terutama instagram,
memberikan peluang luar biasa bagi millennial yang cekak modal untuk berbisnis
secara online. Mereka hanya tinggal upload untuk mempromosikan dagangannya.
Bahkan tak jarang pula, seseorang yang bekerja kantoran, juga menjadikan bisnis
online sebagai sampingan. Iklan-iklan
massif bukalapak, tokopedia, atau OLX secara positif mengajak para generasi
millennial menjadi digital entrepreneur.
12. How
We Consume is a New Lifestyle, Tools Matters !
Berlari
dengan aplikasi nike+running (dengan
fitur GPS, pace tracker, timer, calories,
pedometer, music player dan jejaring sosial) lebih keren untuk dipamerkan
daripada olahraga larinya sendiri, nonton film di Netflix lebih keren daripada di bioskop atau rcti, dll. Lari dan
film tidaklah penting, yang terpenting adalah digital tools apa yang digunakan oleh generasi millennial. Bagi
generasi tersebut digital is awesome,
karena itu gaya hidup the digital of
things haruslah dipamerkan di medsos. Generasi millennial selalu punya passion luar biasa untuk menjadi yang
terdepan dalam arus deras the digital of tings, ketika mereka sudah menjadi
yang terdepan, maka wajib hukumnya capaian itu untuk dipamerkan di media
sosial. hehe
13. Sharing
is Cool
Seperti
yang sudah dijelaskan diatas, pada poin sharing
economy yang mulai diadopsi konsumen Indonsia, khususnya generasi
millennial secara meluas. Di tahun 2016 ini sharing
economyakan diadopsi lebih dalam dan lebih luas di sector-sektor industri
yang lain. Sektor traveling dan leisure (melalui layanan, misal :
AirBnB), bakal menjadi the next big
things. Budaya konsumsi share, not
own juga akan kian massif di tanah air. Di dunia hiburan misalnya, generasi
millennial tak perlu lagi mempunyai CD atau DVD untuk mendengarkan music atau
menonton film, layanan-layanan berbasis cloud
seperti iTunes, Netflix, spotify,
soundcloud, dan JOOX akan kian popular.
Nah, itulah beberapa
poin mengenai trend mengenai
nilai-nilai dan perilaku generasi millennial di Indonesia. Kalian termasuk poin
yang keberapa ? atau semuanya ? hehe…
DAFTAR PUSTAKA
______.Millenials : A
Potrait of Generation Net. http://www.pewsocialtrends.org/2010/02/24/millennials-confident-connected-open-to-change/.
Diakses pada tanggal 05 Oktober. 2016.
Yuswohady dan Suryati
Veronika. www.yuswohady.com/2016/01/17/millennial-trends-2016/.
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2016.
sepertinya hampir sebagian besar point sering saya lakukan, berarti sudah lulus jadi gen milenial yah
BalasHapussayakira pemahaman terhadap generasi yang lahir di era layar (screenagers), yaitu generasi millennials sangat diperlukan, terutama para orang tua yang bukan bagian dari generasi mereka. Hal itu dimaksudkan agar generasi non-millennials dapat memberikan bantuan dan mendukung kemajuan yang dilakukan oleh setiap individu millennial.
BalasHapusYa, gitulah generasi milenial. Oiya, ngomongin milenial, ternyata mereka juga sering loh buat kesalahan yang pada akhirnya bikin mereka susah untuk kaya. Apa aja kesalahannya, temen-temen bisa cek di sini: peluang milenial jadi kaya
BalasHapus