Kamis, 06 Oktober 2016

Trend Generasi Millennial

            Generasi millennial (Millennial Generation) menurut Yuswohady adalah generasi yang lahir dalam rentang waktu awal tahun 1980-n hingga tahun 2000. Generasi ini juga sering kali diistilahkan dengan net generation. Generasi millinneal ini memiliki perbedaan perilaku dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Karakteristik mereka ditandai dengan perilaku sebagaimana berikut connected, multitasker, tech-savvy, social, adventurer, transparent, work-life balance, dan lain sebagainya.
Sumber : merdeka.com


            Dalam kajian yang dilakukan oleh Inventurer dan Middle Class Institute (MCI), ditemukan beberapa trend mengenai nilai-nilai dan perilaku generasi millennial di Indonesia, yakni :
1. Millennial Wanna Be
Millennial is not cohort. It is a lifestyle. Generasi millennial bukan hanya dijadikan tanda kapan kita lahir, namun sudah menjadi gaya hidup. Hal ini dikarenakan, saat ini tak peduli, siapapun, entah itu generasi X misalnya merasa bangga kalau memiliki gaya hidup layaknya generasi millennial. Millennial bukan persoalan usia, bukan persoalan tua muda. Millennial adalah ekspresi dan identitas diri.
     2. Two Faces of Click Activism
Apabila dilihat secara sekilas, generasi millennial di Indonesia ini memiliki tingkat kepedulian begitu tinggi, dapat dilihat dengan munculnya banyak masalah penting nasional yang mereka respon melalui situs seperti change.org. Misalnya ketika dulu heboh kasus “Papa minta saham” atau pelarangan layanan gojek, para millennial activists merespon dengan cepat dengan melakukan petisi online. Namun apakah betul partisipasi, kepedulian sosial, dan nasionalisme mereka melambung dengan adanya platform petisi seperti itu? Jawabannya belum tentu. Seperti mnonton gelaran sepak bola di GBK, mereka hanya menjadi semacam pemandu sorak yang ingin hanyut dalam euphoria dan kehebohan masalah tersebut.
      3. Circular economy
Generasi millennial adalah trend-setter, dalam gaya hidup, gadget, fashion mereka selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan. Namun, mereka juga cepat bosan dengan gaya hidup atau produk yang baru saja mereka gunakan. Misalnya, ketika suatu gadget versi baru keluar, maka gadget lama ditinggalkan. Padahal baru beberapa bulan sebelumnya, gadget lama tersebut dibeli. Namun gadget lama tersebut tidak ditinggalkan begitu saja, gadget tersebut dijual di situs-situs seperti OLX, dan lain sebagainya. Inilah yang memicu apa yng disebut dengan circular economy.
     4.  Social Media Pressure
Media sosial adalah media terbuka, dimana siapapun dapat berbicara baik maupun buruk, pujian maupun cercaan terhadap yang lain. Dapat dilihat bully di media sosial menjadi wabah yang menjalar cepat. Generasi millennial, generasi yang sangat peduli dan menganggap serius setiap perkataan dan komentar dari friends, fans,dan  followers (3F). Banyak ABG millennial yang lebih mendengarkan 3F tersebut daripada orang tua atau keluarga mereka. Oleh karena itu, komentar-komentar yang bersifat negatif, atau bully di medsos merupakan sumber tekanan psikologis yang berat bagi generasi millennial.
      5. Coment Seeker Generation
Generasi millennial adalah attention-seeker. Mereka merasa dirinya sebagai sosok bintang yang disorot kamera di jagat medsos. Karena itu mereka “gila” di komentari. Apapun minta dikomentari. Posting status di facebook minta ikomentari, foto selfie di instagram minta dikomentari. Semakin banyak “like” atau komentar yang didapat, maka mereka akan merasa semakin eksis, hits atau apalah-apalah. Komentar yang positif membuat mereka berbunga-bunga, sebaliknya seperti yang dijelaskan diatas, komentar negatif membuat mereka stress, frustasi, dll.
      6.  Instant Online Buying
Dulu ketika membeli barang yang diinginkan di suatu online shop, kita harus menunggu beberapa hari barang tersebut dikirim melalui jasa kurir. Namun hal itu kini mulai berubah, Generasi millinneal di Indonesia mulai menikmati instant online buying dimana beli di internet sekarang, kemudian beberapa menit atau jam kemudian barang telah diterima. Hal tersebut dilakukan oleh gojek, seperti layanan yang tersedia Go-Food, Go-Mart, Go-Clean, Go-Glam, dll. Alfamart merespon trend ini dengan cepat, dengan adanya layanan Alfaonline.
     7.  The Birth of Visual Generation (Gen V)
Fenomena lain yang sedang nge-hits di kalangan generasi millennial adalah semakin canggihnya tools yang dipakai untuk selfie, seperti penggunaan drone, lensa kamera GoPro, dan lain sebagainya yang membuat hasil tampilan visual dari foto-foto selfie semakin dramatis, atau penggunaan aplikasi periscope atau  snapchat untuk video selfie. Apabila dulu gaya anak muda yang selfie hanya menampilkan foto muka saja, maka sekarang mereka mulai senang berfoto dengan berlatar belakang obyek yang keren, atau agar lebih terkesan update dan live maka video selfie pun mulai digemari. Setiap generasi millennial ingin menampilkan authentic self untuk meningkatkan personal branding-nya masing-masing.
      8. Brand Story Matters
Generasi millennial menyukai cerita yang mengemas sebuah produk atau layanan. Dan ktika sebuah produk atau layanan memiliki cerita yang keren, maka kaum millennial begitu passionate membincangkan dan menyebarkannya ke friends, fans and followers. Fenomena ini dapat dilihat pada bisnis kuliner. Sejak tahun lalu, kedai kopi artisan menjadi booming di berbagai kota di tanah air, seperti filosofi kopi, tanamera, ABCD, atau one fifteenth coffee. Konsep food truck seperti Amerigo atau konsep food street seperti OTW di kelapa gading tahun lalu begitu happening. Bahkan mall kini pun dikemas dengan brand story yang kuat seperti Aeon di BSD yang berhasil mengusung tema Jepang dan memicu word of mouth luar biasa.
      9. Multi-Tribes Netizen
Komunitas atau grup online yang dibentk di medsos seperti grup WhatsApp, BBM, Telegram,atau  facebook kian sophisticated. Generasi millennial dapat join dalam belasan bahkan puluhan grup WA atau bbm sekaligus. Misal, grup alumni, grup rekan kerja, grup rekan kuliah, grup pengajian, grup hobi kuliner, grup hobi traveling, dan lain-lain. Itulah mengapa diistilahkan sebagai multi-tribes netizen, netizen yang hidup di beragam suku, yang ada pada grup-grup media sosial. Dengan banyaknya grup yang dimasuki, maka mereka harus memiliki multi-split personality, mereka harus dapat “bersandiwara”, memainkan peran dan karakter yang berbeda-beda sesuai dengan tuntutan atau karakter personal yang ada pada grup tersebut.
     10.   Holiday Effect
Liburan dan hiburan merupakan kebutuhan super penting bagi generasi millennial, bahkan liburan itu tidak kenal dengan masa krisis. Dapat dilihat ketika bulan Agustus-November 2015, Indonesia dihantui krisis ekonomi yang ditandai dengan dollar yang melambung dan PHK dimana-mana. Namun kita dibuat kaget yakni ketika akhir tahun jalur pantura macet total selama beberapa hari oleh masyarakat yang liburan akhir tahun. Hingga Dirjen mngundurkan diri karena tak sanggup memprediksi dan mengatasi kemacetan yang sangat parah.
     11.  The Rise of Instagrampreneur
Kehadiran media sosial terutama instagram, memberikan peluang luar biasa bagi millennial yang cekak modal untuk berbisnis secara online. Mereka hanya tinggal upload untuk mempromosikan dagangannya. Bahkan tak jarang pula, seseorang yang bekerja kantoran, juga menjadikan bisnis online sebagai sampingan. Iklan-iklan massif bukalapak, tokopedia, atau OLX secara positif mengajak para generasi millennial menjadi digital entrepreneur.
     12. How We Consume is a New Lifestyle, Tools Matters !
Berlari dengan aplikasi nike+running (dengan fitur GPS, pace tracker, timer, calories, pedometer, music player dan jejaring sosial) lebih keren untuk dipamerkan daripada olahraga larinya sendiri, nonton film di Netflix lebih keren daripada di bioskop atau rcti, dll. Lari dan film tidaklah penting, yang terpenting adalah digital tools apa yang digunakan oleh generasi millennial. Bagi generasi tersebut digital is awesome, karena itu gaya hidup the digital of things haruslah dipamerkan di medsos. Generasi millennial selalu punya passion luar biasa untuk menjadi yang terdepan dalam arus deras the digital of tings, ketika mereka sudah menjadi yang terdepan, maka wajib hukumnya capaian itu untuk dipamerkan di media sosial. hehe
      13. Sharing is Cool
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pada poin sharing economy yang mulai diadopsi konsumen Indonsia, khususnya generasi millennial secara meluas. Di tahun 2016 ini sharing economyakan diadopsi lebih dalam dan lebih luas di sector-sektor industri yang lain. Sektor traveling dan leisure (melalui layanan, misal : AirBnB), bakal menjadi the next big things. Budaya konsumsi share, not own juga akan kian massif di tanah air. Di dunia hiburan misalnya, generasi millennial tak perlu lagi mempunyai CD atau DVD untuk mendengarkan music atau menonton film, layanan-layanan berbasis cloud seperti iTunes, Netflix, spotify, soundcloud, dan JOOX akan kian popular.

Nah, itulah beberapa poin mengenai trend mengenai nilai-nilai dan perilaku generasi millennial di Indonesia. Kalian termasuk poin yang keberapa ? atau semuanya ? hehe…


DAFTAR PUSTAKA

______.Millenials : A Potrait of Generation Net. http://www.pewsocialtrends.org/2010/02/24/millennials-confident-connected-open-to-change/. Diakses pada tanggal 05 Oktober. 2016.

Yuswohady dan Suryati Veronika. www.yuswohady.com/2016/01/17/millennial-trends-2016/. Diakses pada tanggal 05 Oktober 2016.

3 komentar:

  1. sepertinya hampir sebagian besar point sering saya lakukan, berarti sudah lulus jadi gen milenial yah

    BalasHapus
  2. sayakira pemahaman terhadap generasi yang lahir di era layar (screenagers), yaitu generasi millennials sangat diperlukan, terutama para orang tua yang bukan bagian dari generasi mereka. Hal itu dimaksudkan agar generasi non-millennials dapat memberikan bantuan dan mendukung kemajuan yang dilakukan oleh setiap individu millennial.

    BalasHapus
  3. Ya, gitulah generasi milenial. Oiya, ngomongin milenial, ternyata mereka juga sering loh buat kesalahan yang pada akhirnya bikin mereka susah untuk kaya. Apa aja kesalahannya, temen-temen bisa cek di sini: peluang milenial jadi kaya

    BalasHapus