Selasa, 21 Februari 2017

Generasi Perpustakaan

Setiap orang mempunyai kesan dan penilaian sendiri-sendiri tentang suatu objek tertentu. Begitu pula kesan atau penilaian seseorang terhadap perpustakaan tentu sangat beragam, tergantung dari pengalaman, pengetahuan, dan latar belakang orang tersebut tentang perpustakaan. Mungkin ketika masa kita sekolah, kita memiliki pengalaman tentang perpustakaan sebagai tempat yang harus senyap, sepi, kaku, petugas yang galak, dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi informasi semakin menggempur kita seakan pula mampu mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Melihat fenomena tersebut sudah semestinya perpustakaan berbenah diri untuk bertransformasi menjadi perpustakaan yang mengikuti perkembangan zaman dan trend perubahan sikap dan perilaku pemustakanya. Harapannya perpustakaan bisa bermain atau berperan pada segala masa, dinamis terhadap perubahan yang terjadi sehingga tidak ditinggalkan oleh para pemustaka atau masyarakat anggotanya. Jangan sampai perkembangan yang terjadi diluar perpustakaan menjadi tidak sejalan dengan perkembangan di dalam perpustakaan sendiri.
Apabila melihat perkembangan perpustakaan yang ada maka terdapat lima generasi perpustakaan “library as space” (Priyanto:2017), dimana generasai disini tidak dimaksudkan merujuk pada kronologi waktu. Adapun secara singkat kelima generasi tersebut adalah:
1.      Generasi pertama adalah perpustakaan masih sebagai “Collection Centris”, atau dapat dikatakan bahwa fokus perhatian perpustakaan adalah pada koleksi. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui space ruang koleksi atau rak penyimpanan buku mendominasi ruang perpustakaan. Space untuk user lebih kecil dibanding space koleksi.
2.      Generasi kedua adalah “Client Focused”, perpustakaan generasi kedua tidak lagi berfokus pada koleksi tetapi pada layanan atau fokusnya pada pengguna atau user, misalnya ditandai dengan penggunaan teknologi dalam layanan perpustakaan, space untuk user lebih mendominasi daripada space koleksi.
3.      Generasi ketiga adalah perpustakaan sebagai “Experience Center”, merupakan pengembangan dari generasai kedua, dimana seorang user ketika masuk ke perpustakaan akan menemukan suatu pengalaman baru yang tidak ditemukan pada perpustakaan umumnya, ada rasa yang berbeda. Misalnya: tersedia cafĂ© perpustakaan, tidak terlalu banyak larangan-larangan di perpustakaan, tersedia aneka fasilitas dan layanan dalam perpustakaan (movie, gym, arena bermain, dsb),display buku yang tidak monoton, dan sebagainya.
4.      Generasi keempat adalah perpustakaan sebagai “Connected Learning Experience”, perpustakaan menyediakan fasilitas yang memungkinkan user untuk belajar secara bersama baik dalam lingkungan perpustakaan maupun diluar lingkungan perpustakaan, misalnya menyediakan layar lebar untuk fasilitas belajar bersama.
5.      Generasi kelima atau generasi terakhir adalah “Library as Makerspace”, artinya bahwa perpustakaan selain menyediakan buku sebagai bahan bacaan juga menyediakan sarana praktik dari pembahasan dari suatu bacaan tersebut. Misalnya ada buku tentang merajut, maka perpustakaan menyediakan fasilitas praktik atau latihan merajut.
 Sudah bukan masanya lagi perpustakaan dianggap sebagai tempat yang ga asik dan kekunoan karena ternyata di beberapa tempat, perkembangan perpustakaan “library as place” sudah memasuki generasi kelima. Perubahan perpustakaan kearah yang lebih baik pasti akan bisa terwujud, salah satunya tergantung pada komitmen dan kesungguhan pustakawan untuk berubah. Terletak di generasi berapa perpustakaan kita saat ini, menjadi refleksi kita untuk dapat merenda perpustakaan menjadi lebih baik.  Implikasi redefinisi perpustakaan terlihat dari perubahan koleksi, inovasi, dan space lebih luas. Standard ruang  3,5 m2 setiap pemustaka, dapat dihitung butuh berapa meter persegi luas perpustakaan. Perlu proses dan tentu saja kerja keras untuk mencapai pada generasi kelima ini. Setidaknya pola pikir pustakawan sudah sampai pada generasi kelima.  Pustakawan itu memang harus punya jiwa entrepreneurship jadi tangguh dalam menghadapi segala tantangan.
Jadi..masuk dalam generasi berapa perpustakaan yang  ada di sekitar kita ?


DAFTAR PUSTAKA
Priyanto, Ida Fajar. 2017. Materi Mata Kuliah Manajemen Disain dan Perpustakaan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.





1 komentar:

  1. Belum banyak pustakawan yang menggeluti dunia disain dan bangunan perpustakaan, sementara di tingkat internasional ada divisi Library Building and Design di IFLA (International Federation of Library Association).

    Design perpustakaan diperlukan agar kenyamanan perpustakaan dapat terwujud.

    BalasHapus